Pada saat industri dan pabrik-pabrik ramai-ramai membakar bahan bakar fosil, Karbon yang tadinya adem ayem saja dalam bentuk rantai Hidrokarbon (Polimer), kini dipaksa putus dan berikatan dengan oksigen. Proses ini memiliki hubungan erat dengan pemanasan global
Dalam bentuk Karbon oksida, baik monoksida maupun dioksida, Karbon akan cenderung membentuk gas memenuhi Atmosfer. Masalahnya, Carbon dan alam bentuk Gas memiliki karakteristik yang memerangkap panas matahari yang masuk ke bumi melalui Atmosfer.
Semakin banyak jumlah Karbon, maka semakin tinggi pula kenaikan rata-rata suhu permukaan bumi. Pada akhirnya, ancaman dampak buruk dari Global Warming semakin nyata.
Pohon dan Fotosintesis
Konsentrasi karbon di udara akan terus menerus meningkat seiring dengan semakin banyaknya aktivitas manusia membakar bahan bakar fosil. Mulai dari mesin pabrik ukuran raksasa sampai proses masak air di dapur dengan gas LPG.
Dan, Sebagaimana yang telah kita pelajari di buku-buku sains sejak SD, bahwa hanya pohon yang dapat membantu bumi mengurangi jumlah karbon di udara melalui proses fotosintesis. Proses ini menggabungkan Karbon dioksida dengan Air dengan bantuan cahaya matahari sampai menghasilkan gula sampai oksigen.
6CO_2+6H_2O→C_6H_{12}O_6 + 6O_2
Meskipun hutan mengubah karbon dioksida tidak persis sama dengan reaksi kimia fotosintesis di atas, namun Hutan menjadi satu-satunya hal yang dapat menyerap karbon dalam jumlah banyak, terutama Hutan Hujan Tropis seperti Hutan Kalimantan dan Amazon.
Tidak Hanya Fotosintesis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hutan Tropis membantu menurunkan suhu rata-rata permukaan bumi sebanyak 1oC. Dampak tersebut dari kemampuan pohon menyerap karbon namun bukan hanya dari proses fotosintesis semata.
Para peneliti mengklaim bahwa hutan menurunkan suhu juga berasal dari pelepasan uap air dan aerosol. Hal ini diteliti oleh peneliti dari sebuah forum Frontiers in Forest and Global Change pada 24 Maret 2020, silam.
“Kita cenderung berfokus pada karbon dioksida dan gas rumah kaca, akan tetap hutan bukan hanya spons karbon,” jelas Deborah Lawrence, seorang peneliti lingkungan dari University of Virginia.
Dalam forum tersebut, ditemukan bahwa hutan tidak hanya mempengaruhi iklim lokal melalui berbagai proses fisika dan kimia, namun juga suhu global. Pohon membantu uap air menguap di udara melalui proses gutasi di mulut daun. Dan yang paling utama air ini berasal dari air tanah.
Bentuk atap dari hutan, umumnya disebut Kanopi, yang bergelombang juga membantu menambahkan proses pendinginan udara sekitar. Hal ini disebabkan oleh permukaan tersebut mengacak arah pantulan matahari, tidak seperti permukaan logam pada mobil yang memantulkan cahaya matahari lebih silau.
Aerosol yang keluar dari pori-pori di permukaan pohon juga membuat dampak pantulan sinar matahari berkurang. Sebagian besar panas matahari diubah oleh aerosol menjadi energi kinetik sehingga gerakannya semakin cepat dan pada akhirnya berubah menjadi uap air.
Hanya saja temuan ini belum jelas dampaknya pada skala global. Dampak lain hutan, selain fotosintesis hanya berpengaruh pada suhu lokal. Sebagai kesimpulannya maka kota dengan proses deforestasi tertinggi akan merasakan dampak paling parah terhadap pemanasan global dibandingkan dengan kota yang memiliki hutan yang lebih banyak.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.