Yah, membeli tiket perjalanan dengan pesawat melalui smartphone bisa dilakukan dengan cepat. Apalagi saat ini? Kita bisa saja hari ini berasa di Belanda dan lusa sudah shopping di Times Square di Manhattan, New York. Tapi semuanya dilakukan hanya dengan satu arah, jika kita ingn kembali lagi ke Eropa, yah mesti nunggu lagi tiket pesawat penerbangan berikut.
Bagaimana seandainay kita dapat memetakan rentetan waktu yang terjadi sama seperti memetakan posisi kota di peta bumi. Hanya duduk di depan kursi sebuah mesin waktu lalu menekan enter, dengan sekejap kita berada di masa 100 tahun yang akan datang melihat cucu dari cucu kita bermain mesin waktu yang lebih canggih. Atau malah kembali ke masa lalu kita untuk bermain layangan dengan Kakek kita ketika masi kecil?
Ini gambaran perjalanan waktu yang diperkenalkan dalam film Back to the Future yang berangkan dengan mesin waktu berbentuk mobil DeLorean. Tidak cuman Film tersebut, Kartun Doraemon lebih imajinatif lagi karena bisa membawa kita ke rentetan waktu kapan saja baik masa depan dan masa lampau hanya dari laci meja belajar seorang anak bernama Nobita.
Tapi konsep ini malah membuat lebih banyak tanda tanya dibandingkan dengan solusi. Misalnya saja paradok membunuh kakek wakti kecil sebelum menikah. Lantas siapa yang ada datang dari masa depan untuk membunuh kakeknya?
Jika si kakek meninggal di usia muda tentu saja dia tidak akan menikah dan tidak akan lahir orang tua anda yang melahirkan anda untuk datang ke masa lampau.
Pangdangan Sains
Jadi apakah Time Travel memang bisa terjadi dalam konsep fisika?
Pertanyaan ini sebenarnya sudah sangat usang karena semua novel tentang kemajuan teknologi seperti, pesawat luar angkasa super cepat di film Star Wars, Baju super Hero mirip Tony Stark, dan Mutasi gen yang membuat manusia bisa berevolusi menjadi mahluk hijau seperti Hulk, pasti terinspirasi oleh penamuan sains. Maka disebutlah kisah-kisah tersebut sebagai karya Sains Fiksi.
Termasuk juga perjalanan waktu. Teori ini diperkenalkan pertama kali seorang fisikawan Jerman Albert Einstein dalam sebuah karya Spesial Relativity pada tahun 1905. Teori tersebut menyebutkan ada sebuah batas yang ada dalam alam semesta yang membuat perjalan waktu itu bisa terjadi. Batas tersebut adalah kecepatan cahaya.
Kecepatan cahaya ini adalah batas kecepatan paling tinggi yang ada di alam semesta. Kecepatan ini sudah dapat diukur dengan nilai 3 x 108 m/s kita sebut saja c. Tidak hanya diukur, konsep kecepatan cahaya ini sudah banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan demikian konsep ini sudah tidak sebatas teori lagi.
Hanya saja ada konsekuensi yang mengikuti Konsep kecepatan cahaya ini, konsep tersebut disebut Potsulat.
Mudahnya mari kita misalkan saja, sebuah pesawat dapat bergerak dengan kecepatan 3000 m/s dengan satu mesin. Bagaimana kalau jumlah mesin ini di tambah dua, maka kecepatan akan menjadi 6000 m/s. Kalau mesin ini terus ditambah sampai 1.000.0000 mesin? Maka kecepatnnya harusnya 3 x 109 m/s, sepuluh kali lebih cepat dari kc. Tapi faktanya pesawat tersebut hanya akan bergerak mendekati c.
Kata mendekati ini berarti tidak sampai dengan kecepatan cahaya. Hal ini juga terjadi pada mesin pemercepat elektron dimana seberapapun besar energi yan diberikan kepada elektron, kecepatan tidak pernah mencapai c. Dengan demikian harus ada yang bertanggung jawab agar hukum kekekalan energi tidak dilanggar.
Ide yang disampaikan Eisntein adalah Ruang dan Waktu itu tidak sama untuk setiap pengamat. Ruang dapat di konstraksikan atau waktu dapat terjadi perlambatan (dilatasi) relatif pada objek yang bergerak terhpada pengamat yang diam.
Sehingga jika ada orang yang bergerak dengan kecepatan mendekati c, maka waktu yang ia alami realtif lebih lama di banding orang yang diam. Orang bergerak dengan kecepatan c akan mengalami penuaan lebih lambat.
Konsep ini dijelaskan lebih dengan paradoks bayi kembar yang salah satunya diajak jalan-jalan dengan roket yang begerak dengan kecepatan cahaya. Setelah terbang 20 tahun, menurut orang yang bergerak dengan kecepatan mendekati c, begitu balik di bumi ternyata orang di bumi sudah melewati waktu 50 tahun.
Saudar kembar yang masih berusia 20 tahun merasa ia bergerak ke masa depan karena hanya jalan selama 20 tahun suadara di bumi sudah berusia 50 tahun.
Potsulat ini juga sudah melarang kita ke masa Lalu karena Perjalan waktu yang dimaksud tidak seperti konsep di kisah sains fiksi yang disebutkan di atas dimana mereka menganggap waktu dapat diatur seperti koordinat. Potsulat Einstein ini tetap menganggap waktu sebagai garis linier yang tidak dapat di ganggu gugat pada satu sisi.
Maka tidak akan ada cerita kita bisa ke masa lalu untuk main layangan dengan kake, begitu juga bermain layangan dengan cucu kita jika kita belum pernah menikah ketika naik pesawat 20 tahun lalu.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.